Subscribe:

Ads 468x60px

9.9.11

Indonesia Merdeka ....?!

Merdeka .... ?!?!

Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif, mengatakan, warga Indonesia hingga saat ini belum merdeka. “Warga kita belum merdeka. Mental budak masih setia bersama kita,” tegas dia, ketika berbicara pada Forum Koordinasi dan Konsultasi Peningkatan Penghayatan dan Implementasi Pancasila di Universitas Andalas Padang, Selasa.

Ia mengatakan, pada waktu proklamasi, yang diproklamirkan adalah kemerdekaan bangsa, belum menyatakan kemerdekaan warga. “Mental budak harus cepat diubah dari bangsa Indonesia. Gaya kita, pemimpin dan aparat masih suka dilayani. Memang enak dilayani daripada melayani,” kata dia menyindir.

Ia juga mengatakan, bangsa ini sangat piawai dalam merumuskan, namun rapuh dalam melaksanakan. “Kita mengatakan melayani. Namun yang berlaku dilayani. Kita tidak jujur terhadap apa yang kita katakan,” tambahnya.

Pada kesempatan itu, ia mengajak bangsa Indonesia untuk betul-betul kembali pada nilai-nilai Pancasila. “Jangan hanya main-main Pancasila kalau tidak sungguh-sungguh. Bangsa ini akan terus begini kalau tidak sungguh-sungguh. Kalau sudah pecah, bangsa ini baru sadar,” kata dia.

Tokoh yang meraih penghargaan Magsaysay untuk kategori Perdamaian dan Pemahaman Internasional itu menekankan pentingnya keteladanan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut guru besar sejarah itu, masalah yang dihadapi bangsa ini sungguh sangat mendasar, sifatnya kultural. “Dengan kata lain, yang rapuh dan yang rusak adalah kultur bangsa,” kata dia.

Menurut dia, kebiasaan melakukan dosa dan dusta tidak lagi dipandang aib, bahkan ada yang merasa bangga. Koruptor yang telah dihukum penjara misalnya, setelah keluar petualangannya tidak semakin reda, tetapi malah semakin kambuh. “Sebagian malah kebal hukum, berkat kerjasamanya dengan aparat penegak hukum. Dengan demikian, dalam banyak kasus orang akan sulit membedakan antara pejabat dan penjahat,” kata dia.

Ia mengungkapkan, sudah amat kecil jumlahnya mereka yang mau menghayati Pancasila karena dianggap akan menghambat langkah untuk “berebut tulang” dan rezeki dalam pertarungan politik dan ekonomi dan ekonomi di tengah-tengah penderitaan rakyat yang belum berakhir.(*an/z)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar